SELAMAT DATANG DI BLOG SH TERATE RANTING SUOH CABANG LAMPUNG BARAT: "CILIK ORA KURANG BAKAL, GEDHE ORA TURAH BAKAL; WATON TAK INGETI ISEH WUJUD MANUNGSO, TAK KEDEPI ORA ILANG, NJALUK OPO TAK LADENI"
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA KE BLOG KAMI: SELAMA MATAHARI MASIH BERSINAR DAN SELAMA BUMI MASIH DIHUNI MANUSIA SELAMA ITU PULA SH TERATE TETAP KEKAL JAYA ABADI SELAMA-LAMANYA

Monday, April 14, 2014

Ketua Umum SH Terate Baru 2014, Mas Kol. (Purn.) Richard Simorangkir

Selamat kepada Mas Kolonel (Purnawirawan) Richard Simorangkir, mantan Danrem 131/Santiago yang telah terpilih sebagai Ketua Umum PSHT yang baru pada tanggal 13 April 2014.

Pengukuhan Ketua Umum SH Terate yang baru itu dilakukan di Ruang Pasamuan Padepokan SH Terate Pusat Madiun, Minggu (13/4/14). Hadir sebagai saksi ketua cabang SH Terate dan sejumlah sesepuh organisasi berbasis persaudaraan yang didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 di Madiun ini.

Pengangkatan Richard sebagai ketua umum SH Terate itu, tertera dalam Surat Keputusan Nomor: 86/SK/PSHT.000/IV/2014, tertanggal 10 April 2014, tentang Re Organisasi Pengurus SH Terate Pusat Madiun. Surat keputusan yang ditandatangani Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun (lama) H. Tarmadji Boedi Harsono itu, juga menyebutkan nama nama tokoh SH Terate yang duduk di posisi kepengurusan reorganisasi.

Mencermati daftar nama nama pengurus SH Terate Pusat Madiun re-organisasi, hampir 80 prosennya merupakan generasi muda. Sementara sesepuh (wajah lama) yang semula duduk di pengurus pusat bidang organisasi, posisinya bergeser ke bidang kerokhanian (ke-SH-an). Masa bhakti pengurus pusat reorganisasi ini berlaku sejak ditetapkan hingga digelar Parapatan Luhur SH Terate.

Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun (lama) H. Tarmadji Boedi Harsono, SE, dalam sambutannya mengatakan, reorganisasi yang mendudukkan Richard Simorangkir sebagai ketua umum ini merupakan wujud proses regenerasi tampuk pimpinan di tubuh SH Terate.

Semoga, Persaudaraan Setia Hati Terate makin berkibar di bawah pimpinan mantan kolonel ini. Aamiin.

sumber: www.lawupos.net

Sunday, March 13, 2011

Ojo Seneng Pamer, Mundak Ilang Pamormu

Ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate adalah ajaran kehidupan, yang berkait dengan kehidupan. Oleh karena sebagai ajaran kehidupan, maka SH Terate tidak mengajarkan hal-hal yang di luar kehidupan. Apa yang disampaikan oleh para pelatih adalah yang pernah dialami oleh manusia. Banyak sekali sanepo (peribahasa) yang terus berulang disampaikan kepada para siswa, bahkan pun ketika sudah menjadi warga. Salah satu sanepo ndah itu adalah "Ojo seneng pamer mundak ilang pamormu" (Jangan suka pamer nanti malah hilang pamormu).

Ketika orang memamerkan apa yang ia miliki, memamerkan apa yang dikuasai, dan semua yang ada padanya, maka orang lain pun jadi tahu. Adalah yang menjadikan orang penasaran lagi sebab yang ia punyai dan miliki sudah diketahui oleh orang lain? 

Ingatlah bahwa sesungguhnya kehidupan di muka bumi ini bukan untuk itu. Kalau kita senang berpamer-pamer atas apa yang ada pada kita, perlu diingat kembali pepatah, "Di atas langit ada langit". Yaitu bahwa apapun yang kita miliki, sehebat apapun kita, masih ada yang melebihinya. Lantas bagaimanakah seharusnya kita? 

Tidak ada gunanya kita memamerkan apa yang ada pada kita, sebab itu tidak akan menambah nilai plus pada diri kita, tetapi justru malah menambah nilai negatif pada kita. Pamor (yang menjadikan orang segan terhadap kita) akan hilang. Orang tidak akan lagi memandang kita sebagai pribadi yang disegani, sebab mereka mengetahui pribadi kita yang suka pamer itu. 

Kesimpulannya adalah bahwa janganlah kita suka menunjukkan kehebatan, kepintaran, kekayaan, dan semuua kelebihan kita karena pada dasarnya itu adalah celah yang akan menjatuhkan kita. 

Babat Alas Berdirinya PSHT Ranting Suoh, Cabang Lampung Barat

Persaudaraan Settia Hati Terate Rranting Suoh berdri tahun  2000 yang diprakarsai dan didukung oleh warga tingkat II dari Pringsewu, Kab. Tanggamus, yaitu Mas Bambang Tohyadi. Awal mula keberadaan SH Terate di Ranting Suoh ini mengambil dua tempat tempat latihan di Dusun Talang Kebanaran, Desa Bandar Agung, Kec. Suoh. Pelatih tetapnya waktu itu adalah Mas Suryanto dari Padang Ratu Kabupaen Lampung tengah, Mas Sagimin dari Pringsewu Kabupaten Tanggamus, dan saya (admin blog, Jahro E.P. dari Desa Bandar Agung, Kec. Suoh). Dari tempat latihan ini kami berhasil megnesahkan 8 warga baru yang pengesahannya ikut Cabang Pringsewu. Sementara satu tempat latihan lagi ada di Dusun Talang Gajah, Desa Hantatai yang diprakrasai oleh Mas Ernajaya dari Bandar Jaya Kabupaten Lampung Tengah. Dalam melatih, Mas Ernajaya ini dibantu adik beliau yang bernama Msa Turiman dari Suoh. Mereka berdua berhasil mengesahkan 12 warga baru yang pengesahannya ikut Cabang Lampung Barat.

Dua tempat latihan ini berjauhan, yang pertama ada di bagian timur Kecamatan Suoh dan yang satunya lagi ada di bagian Barat Keamatan Suoh. Dengan terpisahnya tempat latihan yang saling berjauhan itu akhirnya pada tahun 2001 latihan digabung di satu tempat yang merupakan tengah-tengah dari keduanya. Selain demi kemudahan masing-masing dan untuk menjaga agar silaturahmi berjalan lancar, di sekitar tempat latihan yang baru ini juga terdapat dua warga senior, yakni Mas Edo (pengesahan Madiun tahun 1983) dan Mas Samirun pengesahan Maospati, Magetan tahun 1987,  saya sendiri pengesahan Maospati, Magetan tahun 1996, Mas Syakur (pengesahan Cabagn OKI, Sumatera Selatan tahun 1994), Mas Nano (pengesahan tahun 1999 di Ponorogo), Mas Sutoyo (pengesahan Ponorogo tahun  2000), serta para warga pengesahan baru tahun 2000. Namun demikian, pemilihan tempat ini juga masih ada sedikit kendala jauh, akhirnya dijadikan dua tempat latiha lagi, namun tidak saling berjauhan seperti sebelumnya. Dua tempat latihan baru ini yaitu  di Desa Tuguratu yang dilatih oleh Mas Sutoyo, dan di Desa Sumber Agung dipegang oleh Mas Nano dan saya. 

Dari Desa Tuguratu atau saya sebut Rayon Tuguratu berhasil mengesahkan 3 orang, meski mereka sempat ditinggalkan olehj pelatihnya, Alm. Mas Sutoyo pada saat mereka masih siswa putih. Dari Rayon Sumber Agung berhasil mengesahkan 9 orang, serta dari Rayon Bumi Hantatai mengesahkan 33 orang. 

Hingga saat ini kepengurusan Ranting Suoh sudah tertata dengan baik oleh karena semakin bertambahnay warga baru yang siap sama-sama mengengembangkan organisasi tercinta ini. 

Wednesday, March 9, 2011

Pelajaran yang Bisa Didapat dari lmu Padi

Barangkali kita sudah tidak asing lagi dengan pepatah yang mengatakan, "Ibarat padi, semakin berisi semakin merunduk." Lihatlah padi! Di sana kita bisa mengambil pelajaran dari buah padi. Perhatikanlah ketika ia mulai mekar tanpa isi. Bukankah buah padi itu mendongak ke atas? Bagaimana kalau dia sudah mulai berisi? Ia akan mulai meruduk. Bagiamana jika isinya semakin masak atau mendewasa? Ia akan semakin merunduk.

Sesungguhnya Tuhan kita menciptakan alam beserta isinya agar kita umat-Nya bisa mengambil pelajaran dari alam sekitar. Bukanlah sudah jelas disebutkan dalam kitab suci bahwa alam adalah ayat (tanda) kebersaran Tuhan? Tidak disangkal lagi bahwa semua yang ada di jagat raya ini adalah pelajaran bagi orang-orang yang berpikir.

Kembali ke buah padi. Sebagai insan SH Terate kita semestinya bisa mengambil pelajaran dan menjadikan buah padi itu sebagai tanda bagi kita agar kita mengerti bahwa kita sudah seharusnya begitu. Betapa indahnya jika semua umat manusia, khususnya warga SH Terate memilii jiwa seperti jiwa padi. Ia akan semakin merunduk ketika ia semakin bertambah ilmunya. Semakin bertambahnya ilmu akan menjadikan ia lebih dewasa, lebih tenang, dan lebih anggun dalam kehidupan.

Sebagaimana ilmu padi, sebagi warga Persaudaraan Setia Hati Terate, sudah sangat seharusnya kita tidak memiliki jiwa yang adigang-adigung, lan adiguno. Adigang, adigung, adiguno bisa dimaknai sebagai sifat menyombongkan diri pada kekuatan, kekuasaan, dan kepandaian yang dimiliki. Adigang, adalah gambaran dari watak kijang yang menyombongkan kekuatan larinya yang luar biasa. Adigung adalah kesombongan terhadap keluhuran, keturunan, kebangsawanan, pangkat, kedudukan, atau kekuasaan yang dimiliki.
Diibaratkan gajah yang  besar dan nyaris tak terlawan oleh binatang lain. Sedangkan adiguno  menyombongkan kepandaian (kecerdikan) seperti watak ular yang memiliki racun mematikan dari gigitannya.

Peribahasa ini mengingatkan bahwa kelebihan seseorang sering membuat sombong, lupa diri, sehingga berdampak buruk bagi  yang bersangkutan maupun orang lain. Contohnya kijang. Secepat apa pun larinya sering terkejar juga oleh singa atau harimau, dan apabila sudah demikian nasibnya hanya akan menjadi santapan raja hutan tersebut.

Jadi kesimpulannya, apakah kita ingin menjadi seperti padi itu, ataukah kita akan tetap mempertahankan sifat adigang, adigung, lan adiguno tadi?